Kementerian

DLA Luluskan 41 Pemimpin Digital, Kominfo Dorong Hasilkan Kebijakan Berbasis Transformasi Digital

Siaran Pers No. 409/HM/KOMINFO/11/2021

Senin, 22 November 2021

Tentang

DLA Luluskan 41  Pemimpin Digital, Kominfo Dorong Hasilkan Kebijakan Berbasis Transformasi Digital

Kementerian Komunikasi dan Informatika telah meluluskan 41 talenta pemimpin digital dalam Program Digital Leadership Academy (DLA). Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Kominfo Hary Budiarto mendorong lulusan DLA agar bisa melahirkan kebijakan-kebijakan yang bertumpu pada transformasi digital.

“Sudah merupakan keharusan, wajib bapak ibu para pimpinan untuk mengetahui, bagaimana yang dinamakan transformasi digital itu seperti apa, policy-policy yang harus dibuat itu seperti apa, bagaimana melakukan tata kelola,” ujarnya dalam Penutupan Program DLA bersama mitra University of Oxford dan Harvard Kennedy School University, yang belangsung secara hibrida, dari Jakarta Pusat, Senin (22/11/2021).

Menurut Kabalitbang SDM Kementerian Kominfo, Presiden Joko Widodo telah memberikan perhatian serius terhadap pengembangan ekosistem talenta digital. Bahkan, Kepala Negara menekankan arti penting menyiapkan talenta digital dan pemimpin digital.

“Bapak Presiden telah menyampaikan betapa pentingnya pelatihan-pelatihan tentang DLA ini, bahwa penguasaan tentang digital dari para pimpinan sudah merupakan suatu keniscayaan, bukan suatu pilihan,” tandasnya.

Menurut Hary Budiarto, cara berpikir sebagai pimpinan digital akan mendorong organisasi bisa lebih terbuka dan adaptif. “Memiliki agility dan memiliki fleksibilitas bagaimana kita memasuki suatu ruang yang kita sebut sebagai ruang transformasi digital,” tuturnya.

Bahkan, menurut Kabalitbang SDM Kementerian Kominfo, dunia kerja saat ini telah mengalami perubahan yang pesat. Banyak pekerjaan telah digantikan oleh robot yang berbasis pada kecerdasan artificial.

“Berdasarkan fakta atau perhitungan statistik, presentasinya saat ini sudah 30 persen jadi pekerjaan dan pembuat keputusan yang dibantu dengan menggunakan teknologi kecerdasan artificial tersebut,” paparnya.

Hary Budiarto menegaskan keberadaan teknologi kecerdasan atau artificial intelligence merupakan salah satu dari sekian banyak teknologi di era digital. Sehingga kemampuan yang dibutuhkan tidak hanya sekadar memiliki soft skill atau hard skill.

“Tetapi juga tentang pola-pola pikir bagaimana kita mengelola tata kelola digital ini, dan ini harus dimiliki oleh seluruh pimpinan yang ada,” tandasnya.

Terapkan Kebijakan Digital

Program DLA merupakan pelatihan itu bekerja sama dengan empat perguruan tinggi bertaraf internasional untuk meningkatkan kompetensi digital pemimpin lembaga pemerintah dan swasta di Indonesia.

Mengutip hasil survei Global Digital Practice, Kabalitbang SDM Kementerian Kominfo menyatakan kuantitas pemimpin  digital saat ini masih kurang. Laporan survei itu menunjukkan 70% organisasi melaporkan pimpinan tidak cukup untuk memahami tantangan-tantangan di era digital. Sedangkan 60% organisasi juga memiliki kepemimpinan yang tidak mempunyai waktu untuk melakukan inisiasi dalam menuju inovasi digital.

“Kemudian juga disampaikan di dalam riset tadi, 50 persen organisasi hanya fokus pada revenue pendapatan saat ini, tetapi tidak memikirkan bagaimana masa depan itu seperti apa. Dan 40 persen hanya melihat digitalisasi itu adalah pendukung dari kegiatan operasional,” ujarnya.

Menurut Hary Budiarto, data statistik dari Global Digital Practice tersebut memberikan gambaran kepada peserta DLA bahwa, pelatihan digital yang diikuti sangat bermanfaat dan dapat membantu dalam melakukan penerapan di organisasi masing-masing.

“Kepada para peserta pelatihan DLA kami mengucapkan selamat, hari ini merupakan hari yang terakhir dalam rangka program pelatihan DLA yang bapak ibu telah ikuti selama empat minggu. Kami yakin dan percaya dalam kurun waktu tersebut, tentunya banyak sekali wawasan-wawasan dan pengalaman-pengalaman yang berharga yang diperoleh selama mengikuti proses pembelajaran yang dikemas secara online,” jelasnya.

Kabalitbang SDM Kementerian Kominfo mengapresiasi berbagai pihak yang telah membantu menyelenggarakan program pelatihan DLA.  “Terutama para peserta yang telah menuntaskan program ini dengan penuh kesabaran, penuh ketekunan, dedikasi waktu yang luar biasa. Insya Allah apa yang dipelajari ini bisa bermanfaat bagi diri kita dan juga organisasi kita pada saat sekarang dan masa yang akan datang,” ungkapnya.

Apresiasi Peserta

Program pelatihan DLA ditujukan kepada pimpinan lembaga dari sektor publik dan sektor privat. Dari sektor publik mencakup ASN di kementerian, lembaga dan pemerintah daerah, TNI/Polri, anggota DPR/DPD/DPRD, akademisi, serta manajer C-Level dari sektor privat.

Salah satu lulusan Program DLA-University of Oxford, Bayu Prawira Hie menyatakan, program DLA merupakan pelatihan yang sangat dibutuhkan oleh dunia swasta dan bisnis. Terlebih melalui berbagai tema dan materi pelatihan yang didaptkan dapat menjadi rujukan dalam membuat kebijakan.

“Bisa menjadi kebijakan yang ternyata memang tidak mudah, yang memang ternyata ada liku-likunya sendiri, ada prosesnya sendiri. Sehingga itu menjadi suatu pelajaran yang luar bisa buat saya,” ujarnya.

Melalui program DLA, Bayu Prawira berharap pihaknya dapat membangun network baik antar sesama peserta dari berbagai institusi pemerintahan dan swasta maupun dari pihak mitra kerja dengan harapan Indonesia lebih cepat maju mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Kominfo, terima kasih kepada teman-teman semua atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat mengikuti program ini. Dan saya ucapkan selamat dan sukses kepada rekan-rekan semua, kepada Kominfo, semoga semua ini membawa kebaikan buat kita, buat tugas-tugas kita dan buat negara kita,” tandasnya.

Lulusan  Program DLA dengan mitra Harvard Kennedy School Rudy Harahap menilai, program DLA dilihat dari sisi lain menjadi menarik dalam membangun optimisme adalah secara progres mendapatkan pengalaman praktik dari mitra perguruan tinggi ternama di dunia.

“Ternyata model-model yang saya pelajari selama ini tidak selalu harus linear, banyak inovasi-inovasi dari Estonia, dari India yang tidak mesti selalu fully linear atau sistematik. Tapi dengan berbagai macam ketidakberaturan, ide-ide ternyata bisa dikolaborasikan dan akhirnya membentuk satu sistem yang diakui sendiri oleh David dari Harvard itu sebagai success story yang bisa kita pelajari,” ujarnya.

Rudi Harahap menilai Indonesia juga harus menerapkan atau menerima model learner atau agile sebagaimana dalam muatan pelatihan bersama mitra kerja. Menurutnya, Presiden sering menekankan untuk mengambil gerakan-gerakan yang sifatnya rapid dan tidak bisa hanya by the book.

“Ternyata pendekatan tadi, agile dan sebagai manusia yang tipe learner atau pembelajar, berani taking risks dan berani belajar toleran dari kegagalan itu saya pikir key point yang harus kita bangun di Indonesia,” paparnya.

Program DLA bersama mitra Oxford Internet Institute – University of Oxford berlangsung mulai tanggal 4 s.d. 22 November 2021. Sedangkan DLA – Harvard Kennedy School berlangsung dari tanggal 8 November hingga 19 November 2021.

Peserta pelatihan DLA-University of Oxford berjumlah 35 orang, dengan rincian dari pemerintah pusat sebanyak 23 orang, akademsi 4 orang, pemerintahan daerah 4 orang, swasta 3 orang, dan BUMN 1 orang.  Dari total 6 kelompok sebanyak 35 peserta dinyatakan lulus.

Sementara, DLA-Harvard Kennedy School untuk batch-2 diikuti sebanyak 6 orang dengan rincian dari akademisi 1 orang, BUMN 2 orang, pemerintah daerah 2 orang, dan swasta 1 orang. Semua dinyatakan lulus dan mampu menyelesaikan pelatihan yang diikuti.

Biro Humas Kementerian Kominfo
e-mail: humas@mail.kominfo.go.id
Telp/Faks : 021-3504024
Twitter @kemkominfo
FB: @kemkominfo
IG: @kemenkominfo
website: www.kominfo.go.id